Ad Code

Feminine vs Masculine Energy


Feminine energy lagi banyak banget diperbincangkan di sosial media. Bahkan, ada juga istilah baru, yaitu 'dark feminine energy'. Pembahasannya menimbulkan pro dan kontra, baik dari kalangan pria maupun wanita itu sendiri.


Setelah, melalui beberapa proses pengembangan diri dan menjalani hubungan dengan gaya yang relatif berbeda. Aku menyadari bahkan bukan berarti kalo energi kita full feminine maka pria yang kita dapatkan sudah pasti provider dan setia atau kalau kamu wanita independent, strong, and masculine maka pria yang kamu dapatkan pasti pria clingy, pemalas, dan mager, sepertinya konsepnya tidak seperti ini. Kedua energi ini justru akan menciptakan keseimbangan, apakah seimbang berarti equal? Tidak juga, tapi lebih kepada saling mengisi.


Kalau kita bicara soal energi feminin dan maskulin, ini bukan tentang jadi “lebih cewek” atau “lebih cowok.” Ini adalah soal keseimbangan antara dua sisi dalam diri kita yang bisa mempengaruhi cara kita berpikir, merespons, bahkan menjalani hubungan sehari-hari. Aku dulu berpikir bahwa energi maskulin identik dengan tanggung jawab dan kemandirian, sedangkan energi feminin lebih soal kelembutan dan kehangatan. Tapi setelah menjalani hubungan dan memperhatikan diriku sendiri, aku sadar bahwa keduanya sebenarnya saling melengkapi.


Energi Feminin dan Maskulin: Apa Bedanya?


Energi feminin adalah sisi yang lebih intuitif, lembut, dan berfokus pada empati. Ini adalah energi yang menerima, yang sabar, yang mendukung, dan peduli. Sedangkan energi maskulin biasanya lebih langsung, fokus, penuh aksi, dan berorientasi pada hasil. Ini adalah energi yang memberi, yang melindungi, yang tegas, dan kadang “pushy” dalam mengejar tujuan.


Bagaimana Kedua Energi Ini Bisa Muncul dalam Diri Kita?


Yang menarik, kita sering nggak sadar kapan dan bagaimana energi ini keluar dalam kehidupan kita. Misalnya, aku dulu cenderung lebih maskulin dalam hubungan—selalu ingin mengatur, ingin lebih independen, dan mungkin lebih suka memimpin. Aku merasa nyaman saat menjadi pihak yang inisiatif dan berani menyatakan keinginan. Namun, dalam hubunganku sekarang, aku perlahan belajar untuk lebih feminin, seperti mendengarkan lebih banyak, memberi ruang untuk pasangan memimpin, atau menerima dukungan dari dia.


Aku juga mulai merasa bahwa sisi feminin ini ternyata membuatku lebih tenang dalam beberapa hal. Ketika dulu selalu merasa harus dominan dan memegang kendali, sekarang aku menemukan kenyamanan dalam bersikap lebih “menerima.” Bukan berarti aku jadi pasif atau tidak punya pendapat, tapi aku lebih memilih untuk mengikuti arus, menikmati momen, dan menyadari bahwa tidak semua harus berjalan sesuai kontrolku.


Kenapa Keseimbangan Ini Penting dalam Hubungan?


Dalam hubunganku, aku bisa melihat bagaimana kombinasi energi ini bisa membawa harmoni. Pasanganku cenderung lebih suka memimpin, tapi juga butuh ruang untuk merasa didukung secara emosional. Ketika aku bersikap feminin, dia jadi lebih terbuka dan menghargai kehadiranku. Saat aku “tahan diri” dari dorongan ingin memimpin, ternyata justru dia makin menghargai perhatian yang kuberikan dengan balasan yang lebih besar. Di sinilah aku belajar bahwa energi feminin bukan tentang menjadi lemah atau pasif, tapi tentang memberi ruang pada orang lain untuk berkembang juga.


Sebaliknya, ketika dia merasa sedang down atau butuh dorongan, aku nggak ragu untuk mengeluarkan sisi maskulin: memberinya arahan atau ide yang lebih logis. Aku rasa ini adalah bentuk dukungan yang kita berikan, bukan dalam bentuk memanjakan, tapi lebih ke memberi fondasi kokoh ketika dia butuh dorongan untuk bangkit.


Pelajaran yang Kudapatkan dari Keseimbangan Energi Ini


Mungkin dulu aku berpikir bahwa energi maskulin adalah caraku menunjukkan kekuatan dan kemandirian. Tapi, sekarang aku paham bahwa justru keseimbangan antara keduanya yang membuatku merasa lebih kuat dan nyaman. Energi feminin memberiku rasa damai dan penerimaan, sementara energi maskulin memberiku ketegasan untuk mengambil keputusan. Dalam hubunganku, ketika aku bisa beralih antara kedua energi ini sesuai kebutuhan, komunikasi dan pengertian antara aku dan pasangan jadi jauh lebih baik.


Setiap wanita mungkin punya cara sendiri untuk menemukan keseimbangan energi dalam dirinya. Dan sebenarnya, nggak ada yang salah atau benar. Kita hanya perlu jujur pada diri sendiri dan peka pada kebutuhan kita dan pasangan. Buatku, belajar untuk lebih feminin tidak berarti aku harus meninggalkan sisi maskulin sepenuhnya. Sebaliknya, ini justru cara untuk lebih mengenali diriku sendiri, menerima berbagai sisi diriku, dan akhirnya memberikan ruang bagi hubungan kami untuk tumbuh dengan lebih baik.


Jadi, buat kalian yang juga lagi belajar tentang energi dalam diri, percayalah bahwa setiap langkah kecil dalam menyeimbangkan keduanya pasti akan membawa dampak positif. Kuncinya adalah terbuka dengan proses dan bersedia untuk berubah.

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code