Hello guys! Masa pandemi masih berlangsung, tapi kalian merasa ga sih kalau secara umum orang-orang mulai kendor protokol? Sejujurnya aku merasa begitu. Dari awal yang aku tidak pernah keluar rumah hingga akhirnya stress dan mulai mencoba olahraga keluar bahkan ke mall ataupun berlibur keluar kota, lalu akhirnya di vaksin dua kali dan bahkan booster. Yak, disitulah aku terkena Covid-19. Aku akan menceritakan kronologi sebelum terindikasi positif Covid dan bagaimana penanganan setelahnya. Menurut aku pemerintah kita udah lumayan gerak cepat untuk pasien yang butuh isoman, aku akan review di artikel ini. Well, bisa jadi karena aku memang tinggal di Jabodetabek jadi distribusinya lebih cepat ya, mungkin buat teman-teman yang ada di daerah lain bisa sharing pengalamannya di kolom komentar ya!
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). (Kemenkes RI)
Kronologi terkena Covid-19
Berawal dari vaksin booster, pfizer di kelurahan pada tanggal 14 Maret 2022. Setelah booster awalnya aku cuma merasa lapar, bekas suntikan nyeri dan bengkak, serta rasa ngantuk yang lumayan parah. Anehnya, keesokan harinya baru aku merasa demam sekitar 37-37.5. Setelah booster, aku merasa suka lemah dan lunglai semacam kurang darah gitu, tapi aku pikir karena lagi jarang olahraga. Hari Minggu, aku udah booking open trip ke Sukabumi, ke Geopark Ciletuh, waktu wisata aku selalu menggunakan masker kecuali waktu foto dan makan aja, hanya saja aku memang sudah tidak terlalu sering menyemprotkan hand sanitizer seperti awal pandemi dulu. Pulang dari Sukabumi, aku merasa badan pegal tetapi kepala segar, intinya aku belum merasa di indikasi covid hingga beberapa hari kemudian aku merasa jadi gampang pusing dan lunglai. Setelah itu, tenggorokan aku mulai sakit sedikit, lama-lama menjadi bukit, alias sakit banget. Akhirnya tanggal 31 Maret 2022 aku inisiatif untuk tes pcr dan ternyata hasilnya positif degan CT-25.6, untungnya papa mama aku negatif walaupun sebelumnya aku satu mobil dan sepertinya sempat meminum minuman yang sama.
Aku pun lapor ke kantor untuk Isoman dan info beberapa teman, lalu ada yang sharing tahapan apa saja yang perlu dilakukan untuk claim obat gratis dari kemenkes untuk pasien Isoman. Sebelum terindikasi positif, aku sudah minum obat batuk, vitamin, dan antibiotik terlebih dahulu, jadi aku cuma mengejar obat antivirusnya karena harganya yang lumayan mahal.
Tahapan claim obat Covid ke Kemenkes
1. Tes PCR.
Pastikan tempat kalian tes, sudah link dengan kemenkes supaya hasil kalian bisa masuk ke database kemenkes dan aplikasi Pedulilindungi.
2. Kemenkes akan kirim Whatsapp ke kalian kalau kalian terindikasi Positif Covid.
Untuk step ini, temen aku ada yang tidak dikirimkan Whatsapp, jadi ini tidak wajib asalkan hasil kalian itu memang sudah di input ke databasenya kemenkes.
3. Konsultasi keadaan kesehatan di layanan telemedisin.
Layanan telemedisin itu antara lain, Halodoc, Milvik, Getwell, Good Doctor, KlinikGo, YesDok dan masukkan kode voucher ISOMAN supaya konsultasi kamu gratis. Waktu konsultasi juga lampirkan bukti hasil lab bahwa kalian memang benar positif covid. Dokter akan memberikan kalian resep dan akan dijelaskan bahwa yang dikirimkan oleh kemenkes adalah obat Paket saja sedangkan yang lainnya perlu kalian beli sendiri di Apotek (Jika mau saja, biasanya obat lainnya terkait keluhan yang kalian informasikan ke dokter).
4. Masukkan resep digital ke website penebusan obat.
Resep yang kalian terima, kalian jadikan gambar terlebih dahulu, lalu masukkan ke
website tebus obat milik kemenkes di
https://isoman.kemenkes.go.ig/tebusresep. Disana kalian perlu memasukkan NIK, Nama, dan pilih telemedisin yang kalian gunakan untuk konsultasi, serta resep yang diberikan. Selain itu, kalian juga perlu mengisikan alamat kemana obat tersebut dikirim. Jika informasi kalian belum di input di database kemenkes maka akan muncul error "NIK tersebut tidak terdaftar" ketika hendak melanjutkan halaman. Kalau ini terjadi, coba
follow up ke tempat kalian test PCR dan
request untuk segera di input di sistem.
5. Obat akan diproses dan dikirim oleh Kemenkes melalui Apotek Kimia Farma
Setelah kalian mengisikan informasi di penebusan obat dan berhasil maka kalian tinggal tunggu obatnya sampai ke rumah kalian. Kalian juga bisa melakukan pelacakan paket obat di
https://isoman/kemenkes.go.id/periksa dan masukkan NIK kalian. Paket akan tiba maksimum 24 jam.
6. Puskesmas akan menghubungi Kalian
Kemenkes akan memberikan informasi ke Puskesmas terdekat. Personil dari Puskesmas akan menghubungi kalian, jikalau ada oranglain di rumah maka biasanya akan di tes juga oleh Puskesmas, atau apabila dilihat tempat yang kalian tinggali tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri maka akan di suggest untuk isolasi di tempat lain, tentu dibiayai Pemerintah.
7. Tunggu hingga 10 hari atau kalian bisa PCR kembali min. 5 hari setelah Positif
Kalau positif, aplikasi Pedulilindungi kalian akan memiliki status berwarna hitam yang secara otomatis akan berubah kembali mejadi hijau jika sudah 10 hari atau kalian PCR dengan hasil negatif. Jikalau, kalian PCR hari kelima dan ternyata masih positif, perhitungan 10 hari akan tetap berasal dari hasil positif yang pertama, jadi tenang aja, hehehe.
Pengalaman terkena Covid-19
Awalnya, aku suka merasa lunglai dan lemah gitu, kayak orang lagi kurang darah. Lama kelamaan tenggorokan aku terasa sakit. Akhirnya, 2 hari kemudian aku beneran lemes tapi masih bisa nyetir, belanja bulanan, dll. Malam harinya, tenggorokan aku semakin sakit dan mulai gak enak badan. Berhubung, aku masih ada tanggungan kerjaan terkait perubahan PPN 11% yang harus dilaksakan tanggal 1 April 2022, akhirnya aku berpikir mau kelarin dulu sambil nunggu jikalau membaik gitu. Ternyata semakin parah dan ditambah agak demam. Keesokan harinya, aku ijin sakit dan melakukan tes PCR. Di hari ini, aku udah mulai minum vitamin D3 5000 ml, vitamin C, Paracetamol dan antibiotik karena adanya indikasi radang tenggorokan (Ini karena mama aku dokter ya jadi bisa langsung hajar antibiotik).
Malam itu, aku tidur cepat. Ternyata, hasil PCR sudah ada di jam 19.00, tapi karena hp aku sempet mati dan banyak yg chat aku jadi ga scroll ke bawah, Lol. Untungnya, 1 April 2022 jam 9 pagi di whatsapp lagi hasilnya sama
Swabaja dan ternyata terkonfirmasi positif. Begitu mengetahui kalo positif, aku langsung konsul ke Halodoc tapi hasil aku itu belum masuk ke Pedulilindungi dan belum ada whatsapp dari Kemenkes. Setelah konsul, aku coba untuk input di tebus resep kemenkes, ternyata tidak bisa karena NIK belum terdaftar sebagai pasien isoman. Aku pun akhirnya inisiatif buat nanya ke
Swabaja terkait dengan hasil aku yang belum masuk ke database Kemenkes.
Sekitar jam 1 siang, tiba-tiba ada whatsapp dari kemenkes dan info untuk melakukan konsultasi telemedisin, karena aku sudah konsultasi jadi aku langsung ke tahapan tebus resep dan kali ini berhasil. Kemenkes mengirimkan whatsapp lagi terkait pemesanan obat yang aku lakukan.
Untuk obat dari kemenkes terdapat 2 paket, yaitu paket A dan paket B. Untuk paket A adalah paket isoman orang tanpa gejala, sedangkan paket B adalah paket isoman orang dengan gejala. Perbedaan keduanya ada pada obat antivirus. Obat antivirus ini lumayan harganya, jadi menurut aku better ambil aja dari Kemenkes supaya hemat sekitar 600-1 juta. Paket obat aku dikirimkan dari Kimia Farma Tangerang menggunakan ekspedisi Sicepat (Aku juga kurang paham kenapa gak pake ekspedisi negara punya alias POS Indonesia. Apakah pemerintah mengakui bahwa tidak gercep ya kalo pake ekspedisi satu itu, hehe).
Keesokan harinya setelah aku melakukan tebus obat, sekitar pukul 10.00 obat aku pun sampai. Isinya antara lain, antivirus, vitamin c, vitamin d, dan paracetamol. Untuk antivirus kalian minumnya 2x8 tablet di hari pertama dan 2x3 tablet di hari kedua hingga kelima, jadi membutuhkan 40 tablet untuk satu rangkaian pengobatan.
Keesokan harinya, aku menerima telfon dari puskesmas yang menanyakan keadaan dan terkait berapa banyak orang yang ada di rumah kami, tapi sepertinya ini tidak terlalu intens karena mama papa aku juga gak dijadwalkan untuk diberikan tes antigen atau pcr dari puskesmas, kami akhirnya inisiatif sendiri untuk pcr di luar dan tentu tidak ada follow up lebih lanjut karena kondisi aku yang memang membaik. Hanya saja, temen aku yang kos di Jakarta, beneran di urus dalam waktu singkat oleh puskesmas karena awalnya pun dia memang tes pcr di puskesmas, jadi mungkin puskesmas merasa bertanggung jawab penuh ya.
Setelah sebelumnya, sakit tenggorokan, demam, badan nyeri. Sakit tenggorokannya tuh beneran sakit kayak kamu tuh bisa kebangun dari tidur karena tenggorokan kamu sesakit itu, Lol. Hari keempat setelah minum obat antivirus dan antibiotik, sakit tenggorokan aku tiba-tiba hilang. Setelah selesai minum obat, rasanya sudah sangat jauh membaik, hanya saja masih batuk berdahak, sedikit pilek, dan mudah lelah. Oh iya, satu lagi, mulut terasa pahit, aku sampe berasa trauma minum obat karena mulut aku yang ga enak banget rasanya. Setelah obat antivirus habis, aku pun melakukan PCR lagi dan hasilnya masih positif dengan kenaikan CT, aku tes seminggu dari tes pcr pertama aku.
Tips!
- Pastikan kalian tes pcr di tempat yang sudah integrasi dengan kemenkes.
- Tetap selalu bawa hand sanitizer + semprotkan ketika kalian akan makan atau memegang sesuai dan pake masker kemana pun kalian pergi. Jujur, aku udah mulai abai terkait semprot menyemprot.
- Jaga imunitas. Kalau lunglai, sebaiknya tidak perlu inisiatif untuk olahraga berat.
- Kalau hasil pcr kalian belum masuk pedulilindungi segera follow up ke tempat kalian tes.
- Tebus obat diluar yang diberikan kemenkes, menurut aku pribadi yang menurut kalian penting saja.
- Jangan lupa untuk berjemur supaya vitamin D yang kalian minum bekerja lebih efektif.
- Jikalau kalian merasa tempat kalian tidak cukup baik untuk isoman dan berkumpul dengan orang lain, info petugas puskesmas.
- Kalau gejala kalian sedang kayak aku, better tes lagi setelah 10 hari dan +3 sudah ga ada gejala sama sekali. Kalo masih ada gejala, niscaya hasilnya pasti masih positif, iya aku udah coba.
- Setelah vaksin booster tidak usah ide untuk liburan dengan intensitas tinggi yang bikin kelelahan beruntun setidaknya selama dua minggu after booster kayaknya. Kalian better santuy aja di rumah. Soalnya banyak jg yg kena COVID setelah booster.
Overall, penanganan covid untuk Isoman di Indonesia, terutama daerah Jabodetabek, sudah terbilang cukup cepat dan cukup terintegrasi dengan baik. Dari kalian positif covid, besoknya sudah bisa pesan obat, dan besoknya lagi obatnya sudah sampai di rumah kalian. Good Job Goverment! Sekali-sekali jadi berasa ada di negara maju nih.
Semoga pelayanan gerak cepat ini tidak berlaku untuk terkait covid saja, tapi dikembangkan juga untuk fasilitas lainnya. Supaya masyarakat membayar pajak juga berasa ikhlas gitu ya kan. Semoga sehat semua untuk kalian.
11 Komentar
saya pun sudah mendapatkan vaksin booster beberapa bulan yang lalu. membaca blog post ini saya jadi harus tetap waspada. karena ternyata resiko terkena covid masih tetap ada.
BalasHapusterima kasih informasinya mbak, saya belum vaksin booster ini padahal sudah ada panggilan di aplikasinya. Sepertinya mengacu sama gejalanya, sebulan yang lalu saya merasakan hal yang sama nih mbak,
BalasHapusWah beneran deh vaksij itu tameng ya. Meskipun sudah booster masih bisa kena, tapi insya Allah gak sampai bahaya banget ya
BalasHapusWalau sudah vaksin ke-3, kita harus tetap menjaga prokes & pola hidup sehat.. covid msh ada berkeliaran & terus bermutasi..
BalasHapusVaksin adalah upaya utk meningkatkan daya tahan tubuh, jd bukan obat yg otomatis membuat kita sehat ya.. mgkin sebagian org akan salah kaprah dg prinsip vaksin tersebut.
Jadi kalo seandainya kita kena virus covid-19 walau sudah divaksin, kondisi tubuh kita siap menghadapinya & resiko parah yg kita derita menjadi lebih kecil dibandingkan org yg blum pernah vaksin sama skali
Sekarang kalau mau isoman sudah mudah ya kak. Akhir maret kemarin aku juga isoman habis booster. Malah sekarang di tingkat RT sudah dipermudah dalam pelaporan covid kok, jadi nggak perlu cemas kalau lagi isoman. Tetap semangat kakak..😉
BalasHapusGejalanya tiap orang beda beda ya kak, saya tenggorokan yang gatal banget. Alhamdulillah sudah terlewati masa itu.
BalasHapusAku yang belum kena covid19 💪😎 Soalnya aku anak desa, jadi percaya enggak percaya sama virus ini. Tapi, sebagai manusia yang pintar, selalu patuhi protokol kesehatan, iya guys..
BalasHapusAq juga udah 2 tahun enggak pernah kemana2 dan malah ketular -sepertinya- pas d datangin Saudara dari luar kota, jadilah isolasi mandiri, tpi enggak tau kena or g nya sich, karena enggak swab, tpi gejalanya Omicron 😅
BalasHapus2 minggu pasca booster malah kena virus Covid19 ya. Kalau aku sekeluarga sudah kena pas gelombang kedua hingga si Covid merenggut nyawa papaku T-T
BalasHapusPapaku juga sudah vaksin lengkap dan kena Covid waktu itu*
Blm vaksin ke 3 nih, baru 2 x. Hehe
BalasHapusNtah nanti bakalan vaksn atau gk
Hai kak. artikelnya lengkap sekali kakk bisa membantu siapapun yg sedang menggali info saat dia terkena covid kala ingin mencari jawaban. Makasih ya kak smoga berkembang terus blog nya !! 😍😍😍😍 mantappppp lanjutkannnn kakk 😍😍
BalasHapus